Cinta itu lucu. Sungguh. Dulu aku pernah dengar bagaimana orang bilang cinta pada orang lain. Di saat yang sama ia ingin orang yang katanya dicintainya itu, menghabiskan sisa hidup dengannya. Jika tidak, ia akan bunuh diri, membunuh pasangannya, atau membunuh siapapun yang berani mendekati pasangan cintanya. Belakangan aku tahu itu bukan cinta.
Cinta itu unik. Sungguh. Aku yakin semua orang pernah tiba pada masanya, mereka merasa tak bisa hidup tanpa pasangan yang katanya dicintainya. Dan ketika datang masanya untuk berpisah, mereka akan meraung-raung. Meronta-ronta. Menggelinjang seperti kepanasan seekor cacing. Berusaha menampik kenytaan dengan segala tameng kekuatan. Membasahi kaos lecek mereka dengan mata yang berteteskan air. Lalu berubah menjadi orang aneh. Tapi hanya untuk sesaat. Sesaat kemudian, mereka itu akan kembali memburu pasangan. Dan juga menyatakan cintanya pada genggaman baru. Lalu begitu lagi. Belakangan aku tahu itu bukan cinta.
Cinta itu ajaib. Sungguh. Entah orang mana yang pertama kali bilang, "Cinta datang dari mata lalu turun ke hati". Sesungguhnya cinta itu tidak datang, tapi ditemukan. Sesungguhnya cinta sudah tertanam dan ada pada hati setiap orang. Hanya untuk menemukannya, bukan jadi milik semua orang. Ajaib, karena sesungguhnya ada namun keseringan malah tidak terdeteksi keberadaannya oleh hati si pemilik. Belakangan aku tahu cinta yang datang dari mata lalu katanya turun ke hati itu, nyatanya bukan cinta. Itu birahi. Datangnya memang dari mata, tapi turunnya terlalu jauh. Hatinya malah terlewat dan bersarang hasrat di kelamin.
Cinta itu blueprint. Sungguh. Pernah aku tahu seseorang yang merasa telah menemukan cinta masa hidupnya. Namun ketika ditengok, jalan hidupnya tidaklah berarti. Rasa yang katanya cinta itu malah membawanya terpuruk dalam lubang-lubang gelap. Rasa yang katanya cinta itu, malah membawanya melupakan batu-batu terbesar dalam hidup dan justru memburu batu-batu terkecil. Mengambilnya, mengumpulkannya, kemudian menumpuknya jadi satu. Ada yang dipungut dari comberan, ada yang dari rumah tetangga, ada yang dari lepasan jalan aspal kualitas rendah. Tumpukan itu bilangnya batu besar dan pondasi kokoh, padahal hanya segerombolan batu kecil-kecil. Sekali colekpun, binasalah setumpukan batu bau itu. Runtuh sudah. Belakangan aku tahu, yang begitu itu bukan cinta melainkan buta. Mereka yang mengerti apa itu cinta, justru akan memakai batu-batu kecil sebagai pengeras jalan menuju batu besar dari satu batu besar yang lain. Cinta akan membimbing seseorang untuk menemukan mana yang batu besar dan mana yang batu kecil. Cinta akan menuntun orang yang memilikinya untuk mengunyah hidup seperti sapi menguyah rumput. Perlahan dan perlahan dan perlahan dan perlahan. Cinta akan memberi tahu si pemilik rasa, untuk apa dan bagaimana terhadap kapan dan siapa.
Cinta itu membuat kita melihat. Sungguh. Bukanlah seorang diriku yang mendengar pernyataan, "Cinta itu buta". Membuat orang berjalan terseok-seok dalam penderitaan yang tak jelas apa maksudnya. Membuat mereka yang merasa telah menemukan cinta dalam hidupnya, malah tersandung-sandung dan merangkak meraba dalam gelap. Atas nama pengorbanan, atas nama penderitaan, atas nama penyiksaan, atas nama kesetiaan cinta, atas nama pembuktian "Aku cinta padamu". Belakangan aku tahu yang begitu bukanlah cinta, melainkan ketololan semu. Karena sesungguhnya cinta membuat kita melihat. Jadi seperti manusia super yang bisa melihat dalam gelap sejelas semburan panas mentari yang membakar panu. Cinta itu adalah tiang setinggi langit yang dijadikan patokan-patokan hidup. Cinta jualah yang membuat kita merasa, "Indahnya hari ini" - bukan "Suramlah biar, aku cinta".
Cinta itu kesediaan. Sungguh. Belum pernah sepasang mata ini melihat sebilah hatiku memergoki orang yang begitu bersedianya selain mereka yang telah menemukan cinta. Siapapun yang menemukan cinta akan bersedia membuat hidupnya lebih baik, demi hadapan rasa dan masa mereka berdua pasangannya. Siapapun yang menemukan cinta akan bersedia melintasi apapun, demi segenggam harap kedatangan detik demi detik. Hari demi hari. Orang yang telah menemukan cinta, akan bersedia menolak keterjermbaban langkah. Mereka yang telah menemukan cinta, akan bersedia meluangkan apapun demi berdetak dan dentuman napas cinta mereka berdua. Mereka yang telah menemukan cinta, akan bersedia menerangi hidup mereka bersama menggunakan secarik api dari kekuatan hati. Menggunakan nur dari sebangsal kekuatan pikiran. Bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.
Cinta itu jalan. Sungguh. Cinta menjadi jalan. Aneh kan? Tapi tidak aneh. Tak ada cinta yang aneh. Yang ada cuma cinta yang kadang tak bisa diterima akal sehat. Bukan aneh. Cinta menjadi jalan bagi mereka yang telah menemukannya. Menuntun telapak kaki kehidupan mereka menuju firdaus. Menjaga kepala hati dan daging mereka yang mencinta, menuju titik terang awalnya benderang kehidupan. Cinta akan menggenggam erat tangan mereka yang menemukannya dan tak akan dilepaskan.
Cinta itu kekal. Sungguh. Orang bilang tiadalah apapun kekal di dunia ini. Tapi mereka salah. karena terlalu fisik mereka berpikir, terlalu kungkung mereka mencerna. Belakangan aku tahu, yang tidak kekal itu hanyalah cinta kreasi buah pikir dan tangan manusia. Tapi cinta sejati bukanlah buah pikir atau tangan manusia. Cinta itu karunia Tuhan. Anugerah. Hadiah dari Maha Pencipta ketika urat otot berselubung kulit dan najis ini ditiupkan nyawa ke dalamnya. Cinta pulalah yang tetap ketika manusia mulai berubah-ubah menjadi mirip bunglon. Hanya cinta jua yang bersikukuh tak akan lekang tertelan memutihnya kepala, atau menghitamnya jiwa. Tak sama dengan bumi, cinta itu tidak mengerut. Cinta tidak menyusut. Selalu ada cinta dalam selekas hati manusia, sekalipun hati itu telah menjadi batu keropos. Manusia tidak kuasa mencipta cinta - karena cinta adalah sesuatu yang berada di luar siku egoisme dan keterpolaan berpikir. Apalah artinya cinta? Cintalah yang membuat arwah orangtua menangis saat melihat anaknya dihujam tumbak. Cintalah yang membuat anak berhambur air dari mata ketika melihat arwah orangtuanya diganyang kebekuan sangat. Cintalah yang membuat aku menjadi aku yang sekarang dan aku yang nanti. Cintalah yang membuat aku menulisi ini semua dan cintalah jua yang membuatmu membacai semua ini. Cinta itu setitik juntaian padi dari kekuasaan Tuhan. Dan hanya Tuhan pulalah yang berkehendak cinta ada di setiap lilitan semu manusia. Maka cinta itu kekal. Selamanya. Selamanya. Selamanya. Selamanya.
prosa : Arya A Sadhana
16 Februari 2004
blogged by Simbah_je @ 1:23 AM